PENGALAMAN MENYAPIH ANAK

Friday, April 08, 2016

Welcome April. Time flies. Saya memulai bulan baru ini dengan keputusan untuk mulai menyapih Raisha. Anak perempuan saya ini sekarang berusia dua tahun tujuh bulan. Seharusnya saya mulai menyapihnya sejak usia dua tahun. Sudah saya coba, pas usianya dua tahun dengan mengoleskan lipstik ke payudara tetapi tidak berhasil. She caught up on things pretty fast, jadi pada hari ketiga Raisha minta 'miminya' di lap. Gagal.

Sejak usia delapan belas bulan sebenarnya saya sudah sounding kepada Raisha tentang proses penyapihan ini. Tetapi sepertinya ia belum rela berhenti menyusu karena setiap saya coba Raisha sangat rewel dan menangis sangat lama. Saya memutuskan belum saatnya baginya berhenti minum Asi karena Raisha belum siap, hanya saya seorang saja yang siap.

Saya tetap sounding hingga dua minggu lalu, tetapi Raisha tidak memahami mengapa ia harus berhenti menyusu jika tak ada masalah dengan Asi saya. Setiap saya memberikan alasan seperti 'Raisha sudah besar, sudah waktunya berhenti Mimi'. Raisha akan menjawab dengan nada keras 'Raisha masih kecil, yang besar itu Papa sama Mama'. Ya ampun, saya kehilangan akal bagaimana caranya membujuk Raisha lagi.

Saya menyapih Raisha mulai malam tanggal 30 Maret 2016. Alhamdulillah ia sudah berhenti menyusu.

Awalnya saya mendapat telepon dari tetangga saya dulu di Balikpapan. Saya panggil tetangga saya Mba walaupun usia kami terpaut 15 tahun. Saya sangat menghormati mba ini karena ia seorang ibu rumah tangga yang hebat menurut saya.

Hebat karena di usia 45 tahun beliau masih bisa hamil dan mengurus bayi pada saat itu juga beliau harus dioperasi karena pengapuran tulang. Tetapi saya bergaul setiap hari dengannya, setiap hari pula menggendong bayi dan tidak sekalipun beliau mengeluh. Saya baru tahu mba ini sakit sampai saya mengunjunginya di rumah sakit.

Selain itu beliau punya prinsip harus masak di rumah untuk suami dan anak. Beliau jarang sekali makan di luar rumah. Di kehidupan mba ini lekat sekali dengan kehidupan agama. Melihat kehidupan beliau saya yakin anak-anak hebat memang dicetak oleh ibu yang hebat pula.

Beliau sangat baik terhadap saya, dulu di Balikpapan saya berhadapan rumah dengan mba ini. Saya sendiri tipe introvert kalau sudah di rumah bisa tidak keluar selama dua minggu atau sampai sebulan, beliau tetap mengetuk pintu saya, mendekati saya pertama kali, mengajak saya bergaul, memberi nasehat, memberi bantuan, dan mengayomi selayaknya saya adiknya sendiri. Kebetulan yang saya tinggali perumahan dinas.

Kok malah curhat kemana-mana. Haha. Biasa ibu-ibu. Lanjut. Kami bercerita sekitar sejam dan beliau mengatakan bahwa anaknya yang dua tahun satu bulan sudah disapih. Saya penasaran bertanya, beliau mengatakan ia mengoleskan asam jawa ke payudaranya.

Saya setelah itu berpikir, saya coba saja cara itu. Walaupun sempat khawatir Raisha akan tantrum dan menangis sejadi-jadinya karena kebiasaannya ia baru bisa tidur jika sambil menyusu. Dan Raisha masih suka terbangun tiga sampai empat kali pada malam hari untuk minum ASI. Saya sangat cemas, kesalahan saya karena membiasakannya menyusu sampai ia tertidur.

Saya mulai proses menyapih dengan mengoleskan asam ke payudara saya. Seperti biasa Raisha minta Asi, saya katakan 'miminya asam, gimana dong nak?'. Saya cicipkan sedikit ke lidahnya, ia tidak suka Rasanya, dan melihat saya dengan pandangan jijik. Sejak saat itu Raisha tidak pernah minta Asi sekalipun, saya sampai terheran-heran padahal Raisha sebelumnya kalau minta 'mimi' bisa berkali-kali dalam sehari sampai saya tidak bisa hitung lagi.

Kekhawatiran saya tentang masalah tidurnya pun akhirnya berlalu karena ia menidurkan dirinya sendiri dengan sangat baik. Saya sangat bangga. Walaupun jika terbangun malam ia akan menangis dan susah dibujuk. Tapi tantrumnya hanya berlangsung sekitar 15 menit, kemudian ia kembali menutup matanya sendiri tanpa saya gendong atau tepuk-tepuk punggungnya. Tapi sepertinya Raisha uring-uringan, ia sering bertanya 'mama Raisha mau bikin apa?', 'mama, Raisha minum apa?' atau jika saya bertanya 'Raisha mau apa?' ia menjawab tidak tahu. Saya rasa Ketika Raisha mengatakan hal tersebut, ia ingin minta Asi tetapi ia menahan untuk tidak mengatakannya.

Dihari pertama mulai menyapih, saya hanya tidur mungkin sejam lamanya, saya ingin mengamati perilakunya sehingga saya tahu bagaimana menenangkannya seandainya ia tantrum. Hari kedua saya bisa tidur lima jam lamanya. Ini membuat saya senang, karena seingat saya sejak lahir sampai sebelum saya sapih, saya hanya bisa tidur sepanjang dua jam atau tiga jam saja sebelum akhirnya bangun dan menyusui Raisha dan tertidur lagi.

Memasuki minggu kedua ini, menangis lama ketika terbangun dari tidur sudah tidak lagi. Raisha jika terbangun hanya duduk selama satu menit kemudian mengubah posisi tidurnya. Positifnya disapih Raisha jadi banyak makan. Konsekuensi negatifnya, waktu terjaganya lama sekali sampai 12 jam dan menolak tidur siang. Walaupun disuruh tidur karena jelas-jelas matanya lelah, dia tetap saja menolak tidur. Raisha baru tertidur jika benar-benar capek. Jadwal tidurnya jadi berantakan. Mudah-mudahan minggu depan Raisha sudah semakin terbiasa dan tidurnya bisa teratur.

Stay Strong.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

INSTAGRAM